Hakikat Kebahagiaan

Hakikat Kebahagiaan

(Disunting dari buku Al-Hayatu At –Thayyibah oleh Dr.Aidh Al-Qarni)

Banyak pendapat saling berlainan dalam mendefinisikan makna kebahagiaan. Masing-masing memiliki kamus tersendiri sesuai pemahaman dan keyakinan pandangannya terhadap kehidupan, lingkungan, dan wawasan ilmunya. Pendapat mereka berkisar seputar harta, kenikmatan dan kesenangan, kecantikan dan wanita, kemasyuhran dan kearifan, pengetahuan dan seni, hobi dan rekreasi, kebebasan dan bacaan, kemengan dan kesuksesan, serta tuntutan-tuntutan yang lain. Lanjutkan membaca Hakikat Kebahagiaan

Nikmatnya Nikmat-Nya

Tengoklah rumah sakit jiwa, agar anda bisa melihat nikmat akal yang diberikan Allah kepada anda.

Tengoklah bangsal pasien, agar anda bisa melihat nikmat kesehatan yang diberikan Allah kepada anda.

Tengoklah penjara, agar dapat menyaksikan nikmat kebebasan yang diberikan Allah kepada anda.

Lihatlah orang kafir, agar bisa melihat nikmat Islam yang diberikan Allah kepada anda.

Lihatlah tempat kursi duduk orang lumpuh, agar anda dapat melihat nikmat berjalan yang diberikan Allah kepada anda.

Pandanglah orang buta, agar anda dapat melihat nikmat penglihatan yang diberikan Allah kepada anda.

Perhatikanlah orang tuli, agar anda dapat melihat nikmat pendengaran yang dikaruniakan Allah kepada anda.

Perhatikanlah orang bisu, agar anda melihat nikmat bicara yang Allah karuniakan kepada anda.

Secarik puisi indah penggugah jiwa dan hati nurani dari Dr.Aidh Al-Qarni menunjukkan bahwa betapa nikmat yang Allah berikan kepada kita amatlah berlimpah. Namun, betapa sering kita melupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Seberapa sering kita gunakan nikmat Allah untuk berbuat hal-hal buruk yang dibenci oleh Allah.Saatnya kita bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepada kita. Gunakan nikmat-nikmat yang diberikan Allah untuk berlomba-lomba dalam kebajikan dan berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk ummat.

Pertama Kali “Turun Ke Jalan”

LANGKAH AWAL MEMULAI PERUBAHAN
Yogi S Prasojo

“….tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka-teki malam
tak pernah berhenti berjuang, pecahkan teka-teki keadilan
berbagi waktu alam, kau akan tahu siapa dirimu
yang sebenarnya hakikat manusia
akan aku telusuri jalan yang setapak ini
semoga kutemukan jawaban… (Ost.Gie)”

Sebuah syair perjuangan yang menjadi soundtrack film yang dibuat oleh anak negeri ini mengilhami saya mulai bertindak seperti ini. ”Gie”, merupakan film yang menceritakan perjalanan seorang demonstran yang luar biasa dan mampu mendongkrak semangat generasi muda. Dari lorong kegelapan berharap mendapat pencerahan dan menumpas ketidak adilan yang ada di sekitar untuk kepentingan orang banyak. Terlalu berlebihan mungkin jika ingin melindungi seluruh rakyat Indonesia, Presiden saja yang telah memiliki kekuasaaan dan kemampuan yang cukup untuk melindungi tidak mampu sepenuhnya melindungi warga negara Indonesia yang katanya beliau cintai dan sayangi.
Suara-suara dari akar rumputlah yang sedikit mampu menolong masyarakat Indonesia. Negeri ini ditangan rakyat. Negeri ini dibentuk oleh rakyat. Hasilnya pun untuk rakyat bukan kesenangan golongan-golongan tertentu. Jangan sampai merebut nyawa seseorang hanya karena kesalahan orang-orang besar, ambil saja satu contoh di Makasar yang merupakan negeri lumbung padi di Indonesia ini terdapat seorang ibu meninggal bersama kandungannya dikarenakan kurang asupan gizi. Milik siapa lumbung padi kita? Milik mereka yang kini tertawa terbahak-bahak diatas penderitaan orangkah? Saya harap itu milik kita.
Pikiran-pikiran itulah yang terbersit dari saya untuk turun ke jalan bersama teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) melakukan aksi menolak ketidak adilan dan menumpas segala kebobrokkan negara. Saat itu tanggal 20 Februari 2008, saya bersama teman-teman BEM menyusuri jalan Yogyakarta untuk menuntaskan kasus mantan presiden Soeharto yang tidak kunjung kuncup dan para tersangka serasa terus berlari dari kesalahan. Aksi dengan mengusung tema “Aksi Diam” sampai puncak di kawasan Yogyakarta km 0.
Ini adalah awal kali saya ikut aksi turun ke jalan.
Lanjutkan membaca Pertama Kali “Turun Ke Jalan”

Metamorfosis Selamatkan Bangsa

Yogi S. Prasojo*

Tentang aku, tidak cukup banyak yang mampu kuceritakan. Hal-hal yang ingin ku katakan tak mampu menyelinap keluar dari otak yang maha dasyhat telah dibuat sang pencipta ini. Berbicara tentang aku, sama halnya seperti orang kebanyakan yang memiliki banyak kekurangan dan juga memiliki kelebihan yang diberikan Allah SWT. untuk berbuat hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain. Sistem tubuh yang maha sempurna dan dilengkapi dengan organ-organ yang mampu menyeimbangkan sistem tubuh ini serasa tidak adil jika hanya aku gunakan untuk kepentingan diriku sendiri dan berdiam diri saja dalam kebinasaan.

Saat aku menoleh sedikit keluar jendela yang mulai suram tertutup oleh debu. Terlihat ribuan rakyat disebuah negeri di balik jendela suram merasa kesakitan. Mereka serasa ditendang dan diinjak oleh kaki besar ditambah sepatu-sepatu berat yang entah dari mana mereka dapatkan. Terlihat dari jendela, pemimpin negeri itu berjalan-jalan kecil sambil melambaikan tangan seperti memainkan sebuah permaianan lempar dadu dan tidak bertanggung jawab di atas jalan punggung rakyat. Duduk di sebuah kursi besar nan nyaman, karena mereka tidak mampu berjalan jauh mencapai rakyatnya –tidak seperti kampanye, dimanapun daerahnya pasti mereka akan melangkah kesana–, usia dijadikan alasan. Dibuat peraturan-peraturan yang hanya membuat manusia-manusia itu mengencangkan ikat pinggang dan melebarkan sayap untuk segera terbang tinggi nun jauh disana. Lampu-lampu hemat energi yang menerangi jalan mereka tidak mampu lagi menyala. Mereka kebingungan mencari bahan bakar alternatif yang semakin tidak alternatif dan semakin menghancurkan untuk menghidupkan lampu-lampu itu. Negeri itu terlihat mulai krisis, rakyatnya kacau balau terlihat sekali dari dalam jendela. Harta yang berlimpah ditimbun sendiri untuk keperluan-keperluan sesaat –atau jangka panjang untuk persiapan kampanye lima tahun mendatang–. Pernyataan klise kembali dikeluarkan dan memunculkan euforia rakyat-rakyatnya namun tak lama kemudian lenyap termakan rayap.

Lanjutkan membaca Metamorfosis Selamatkan Bangsa