Padamkan Api yang Membakar Hati*

from kaskus.com
from kaskus.com

Dari pagi hingga petang, siaran televisi hanya berisi amarah yang membahana. Opini masyarakat dari jaringan telepon diungkapkan dengan nada gusar dan terlihat sangat marah. Sejak pagi berita-berita yang ditampilkan berisi tentang amarah massa terhadap perilaku pemerintahnya. Belum lagi terlihat juga amarah pemerintah terhadap sesamanya. Seakan menjadi agenda wajib dalam proses setiap kegiatan.

Itu baru berita, jika berita telah usai berganti sinetron dan reality show menghiasi magic box tiap rumah di seluruh Indonesia. Adegan-adegan yang diperlihatkan hanya berisi amarah dan praduga yang dibuat-buat. Seolah marah adalah sesuatu yang pantas untuk diperlihatkan kepada khalayak umum. Memang marah adalah sebuah keadaan yang timbul karena sesuatu yang mempengaruhi kondisi psikologis. Tetapi terlihat jelas, saat adegan marah, tim produksi atau kreatif tampak melebih-lebihkan dengan latar belakang musik ataupun raut muka yang sangat mencerminkan kepalsuan. Semua menjadi pertontonan yang memiliki nilai jual, akhirnya masyarakat melihatnya sebagai hal yang wajar dan pantas untuk dilakukan.

Lanjutkan membaca Padamkan Api yang Membakar Hati*

Kebo Masuk Kota, Etika Tidak Tertata*

Di daerah-daerah, kerbau atau kebo sangat berguna. Di Solo, keluarnya kebo-kebo bule di malam satu syuro sangat ditunggu. Kotoran dan keringatnya membawa berkah tersendiri. Di Sumatera Barat, kebo dapat diambil susunya untuk difernentasikan dan dijadiin sajian khusus bernama dadih. Dadih merupakan makanan yang cukup gizi dan bermanfaat bagi tubuh. Di Toraja, kebo digunakan dalam upacara adat dan dijadikan lambang kemakmuran sang punya hajat. Di Jakarta, kebo digunakan dalam aksi ketidak puasan rakyat terhadap kinerja pemerintahan. Peran kebo memang layak diperhitungkan. Padahal kebo termasuk hewan yang mampu diberi pakan yang berkualitas rendah. Tidak perlu ada perlakuan khusus untuk memelihara kebo.

Kreatifitas aksi kini makin menjadi-jadi. Semua barang yang dapat dijadikan simbol diikutsertakan dalam kesempatan aksi yang dilakukan. Baik berupa barang hidup maupun barang tidak bernyawa. Aksi teatrikal dan aksi bakar ban juga termasuk dalam adegan demonstrasi yang sering dilakukan.

Sedang hangat menjadi perbincangan adalah aksi kerbau atau kebo ditengah kota. Kebo digiring sendirian dan diikutkan dalam demo yang diadakan di tengah kota. Kebo yang biasa di sawah tampak kebingungan. Mungkin untuk sementara, peran membajak sawah sudah digantikan oleh traktor. Jadi kebo dibawa ke kota untuk demonstrasi. Aksi yang ditujukan untuk memprotes kinerja pemerintahan SBY ini memang menjadikan kebo sebagai simbol dan tokoh utama dalam berekspresi. Pada tubuh kebo bertuliskan “SiBuYa”, yang menurut pelaku aksi bukan menyimbolkan SBY namun simbol ketidak puasan atas kinerja. Sedangkan bagian belakang kebo juga ditempel foto SBY. Aksi ini pun mendapat protes dari pihak yang diprotes.

Tidak boleh kebo, hewan lain pun jadi. Baru-baru ini, kambing dan ayam pun ikut menjadi salah satu peserta demontrasi. Kali ini dengan konsep yang berbeda, kini terang-terangan muka kambing diganti atau diberi topeng wajah manusia. Dan ayam diberikan kepada KPK sebagai simbol untuk segera menyelesaikan permasalahan century.

Lanjutkan membaca Kebo Masuk Kota, Etika Tidak Tertata*

Ants Became Elephants

Teringat permainan psikologis yang sering dilakukan dalam pelatihan diri atau sejenisnya. Dimana semut yang berukuran kecil diperintahkan untuk dibayangkan sebagai sesuatu yang besar, dan begitu sebaliknya. Sangat bagus makna yang terkandung yaitu mengartikannya untuk berpikir Out Of The Box. Tapi tidak salah jika kita memaknainya sebagai sesuatu yang kecil dapat menjadi permasalahan yang besar. Secuil saja akan berdampak sistematik dalam permasalahan besar yang dihadapi.

Seperti itu yang penulis rasakan pada permasalahan yang kini sedang menguras perhatian kita. Mulai dari kasus Bank Century, tuduhan pembunuhan, hingga permasalahan korupsi. Coba lihat disetiap pertemuan ataupun sidang yang dilakukan. Hal-hal kecil kini menjadi bahan untuk dijadikan acuan berpikir mereka. Memang sedikit kurang valid jika dijadikan sumber hukum dan proses melangkah pengambil keputusan. Tetapi kenyataan di lapangan membuktikan, seluruh kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan utama dapat dijadikan sebagai “penguat” permasalahan.

Proses mendengarkan obrolan lewat handphone melalui penyadapan KPK adalah hal baru yang dahulu sempat dilakukan. Potongan-potongan pembicaraan Antasari Azhar (Mantan Ketua KPK) pada kasus pembunuhan juga ikut diperdengarkan, padahal didalamnya banyak terdapat kata-kata yang kurang penting atau tidak etis untuk diperdengarkan secara bersama-sama. Kini yang terbaru dalam kasus rapat century, diperdengarkan suasana rapat pejabat Bank Indonesia yang mengahasilkan keputusan untuk permasalahan bank dan penyalamatan bank yang akan gagal. Dan hasilnya sama saja, kesimpulan sementara sempat tertunda, banyak anggota pansus yang pergi meninggalkan ruangan sidang.

Lanjutkan membaca Ants Became Elephants